Jumat, 12 Agustus 2011

ESENSI IBADAH PUASA

Qs. Albaqarah : 183-184

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿١٨٣﴾


“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”


أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ
وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١٨٤﴾

“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari- hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan , maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”

Hari ini kita sedang merasakan bagaimana rasanya lapar, haus, tidak makan selama 12 jam lebih mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Mungkin yang kita rasakan saat ini tidak seberapa dibandingkan dengan saaudara-saaudara kita nun jauh di sana, di gunung-gunung, di hutan-hutan, di kolong jembatan, di padang pasir yang sepanjang hari tidak menemukan makanan, kecuali seadanya. Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun mereka berjuang hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Tetapi kita hanya menahan lapar selama beberapa jam dan beberapa hari selama Ramadhan pada siang hari saja.
Karena itulah sudah selayaknya kita merenung agar tumbuh di hati kita rasa kasih saying, peduli sesama, solidaritas sesame, dan timbul sifat kedermawanan dan berbagi kepada sesame kita.
Itulah diantara keagungan ibadah puasa yang menjadi esensi ibadah puasa yang harus kita wujudkan dalam kehidupan nyata. Kita dididik secara langsung oleh Allah SWT bukan teori tapi praktek langsung. Semua yang menjalankannya akan merasakan baik orang kaya maupun orang miskin, baik pejabat ataupun rakyat jelata, baik orang yang lemah ataupun orang yang lemah.
Karena itulah Allah mewajibkan puasa kepada kita yang mengaku beriman selama satu bulan dalam setahun yaitu pada bulan Ramadhan sebagaimana juga diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita, sebelum ummat nabi Muhammad SAW, nabi Musa, nabi Isa, nabi Ibrahim, nabi Daud dan nabi-nabi lainnya.
Dengan demikian ibadah puasa bukanlah ibadah yang sederhana tetapi ibadah yang sangat special dan sangat khusus sehingga Allah menyatakan dalan sebuah hadits Qudsi : “………………………….Sesungguhnya puasa itu adalah untukku dan akulah yang langsung membalasnya”.
Makna puasa yang disebut SHAUM atau SHIYAM dalam bahasa Arab secara sederhana ialah AL-IMSAAKU ANIL MUFTIRI yang artinya menahan diri darai segala yang dapat membatalkan, seperti makan, minum dan hubungan intim suami istri di siang hari. Tetapi sesungguhnya dibalik makna itu terkandung makna yang sangat luas dan mendalam yaitu menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah dan meninggalkan keburukan sepanjang hayat kita sehingga yang ada adalah kebaikan yang terhimpun dalam diri kita. Itulah yang disebut TAQWA sebagaimana sabda nabi :
“Takwa itu adalah kumpulan atau himpunan kebaikan yang ada dalam diri seseorang”
Diantara sifat orang yang bertakwa adalah orang yang suka menolong sesama baik di waktu senang maupun di waktu susah dan orang yang mampu mengendalikan diri.
Qs. Ali Imraan ; 133-134.
Marilah kita mengukur (menaker) diri kita masing-masing sudah sejauh mana ketakwaan kita dan sudah sampai pada tingkat mana ketakwaan kita kepada Allah, apakah karena kita sudah sholat, puasa, zakat, haji, lantas kita mengabaikan tetangga kita yang hidup dalam kesulitan, kita membiarkan bawahan kita mengalami kesusahan,apakah ketakwaan kita baru sebatas ucapan saja, apakah ketakwaan kita baru sebatas kesalehan pribadi, apakah ketakwaan kita sudah sampai kepada kesalehan sosial, apakah kita mengaku takwa karena kita selalu berzikir sementara kita membiarkan sauda-saudara kita kelaparan, apakah kita mengaku takwa karena kita gemar berjamaah di masjid setiap waktu semenatara kita membiarkan kemaksiatan merajalela di sekitar kita, apakah kita mengaku takwa karena kita suka membaca Alquran sementara kita tidak peduli dengan keadaan masjid yang ada di lingkungan kita, apakah kita mengaku takwa karena kita sudah berdoa setiap hari sementara kita masih suka menyakiti teman kita, apakah kita mengaku takwa sementara kita masih suka berbohong, apakah kita menagku takwa sementara kita masih suka menghina orang lain, apakah kita mengaku takwa sementara kita masih gemar melakukan kemaksiatan, apakah kita mengaku takwa sementara pikiran kita masih kotor, apakah kita mengaku takwa sementara kita masih suka sombong dan angkuh????????????? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Semoga……………………………………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar