Rabu, 27 Juli 2011

MAKNA ISRA' MI'RAJ NABI

MAKNA ISRA’ DAN MI’RAJ

Tasyakur dan wasiat takwa. QS Ali Imran 102
Marilah kita berjihad untuk mentaati Allah dan Rasulnya sepenuh hati dan segenap jiwa agar kita dapat meraih kesuksesan di dunia dan kesuksesan di akhirat.
Materi khutbah tentang MEMAKNAI KEMBALI ISRA’ MI’RAJ.
Beberapa hari yang lalu kita memperingati Isra’ dan Mi’raj nabi besar Muhammad SAW sebagai momentum untuk mempertebal keyakinan kita kepada Allah dan Rasulnya serta apa yang diberitakannya.
Berbagai kajian ilmiah, berbagai analisa, berbagai pemikiran tentang Isra’dan Mi’raj tak pernah habis dan tak pernah selesai ditulis oleh para ahli di bidangnya masing-masing baik ditinjau dari segi historis (sejarahnya) maupun dari segi substansinya (makna yang terkandung di dalamnya) karena peristiwa Isra’dan Mi’raj adalah suatu peristiwa spektakuler yang tidak dapat dijangkau oleh logika manusia yang bersifat relatif dan terbatas oleh ruang dan waktu. QS 17 : 85.”Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan kecuali sedikit”
Isra’ dan Mi’raj juga merupakan mu’jizat yang diperagakan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW yang mengatasi segala teori ilmiah yang dibuat oleh manusia untuk membuktikan kemahakuasaan Allah dalam segala hal diantara sekalian makhluknya. QS :16 ayat 40.
”Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami hanya mengatakan kepadnya Kun (jadilah)! maka jadilah ia”
Oleh karena itu dalam memandang peristiwa Isra’ dan Mi’raj tidak hanya ditinjau dari sudut ilmiah saja tetapi juga harus dipandang dari sudut Imaniah seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Siddiq yang mengatakan : ”Jika nabi Muhammad yang memberitakannya pasti benar adanya”. Karena jika peristiwa Isra’ dan Mi’raj hanya dipandang dari segi ilmiah tak akan ketemu teorinya dan tak akan terjangkau oleh pemikiran manusia yang sempit ini. Bagi mereka yang pemikirannya tidak dilandasi iman akan mengatakan : Bagaimana mungkin Rasul menempuh perjalanan yang begitu jauh hanya dalam waktu yang relatif singkat (sepertiga malam) dengan kecepatang ribuan kali kecepatan cahaya, padahal kecepatan cahaya adalah batas kecepatan tertinggi menurut logika manusia. Bagaimana mungkin Rasul menembus atmosfir bumi yang jika dilewati semua benda akan hangus terbakar dan bagaimana mungkin Rasul keluar dari grafitasi bumi dan kembali lagi ke bumi dalam keadaan utuh. Ini semua adalah pemikiran manusia yang hanya dilandasi oleh logika semata dan menentang kebenaran wahyu Ilahi.
Oleh karena itu pertanyaannya adalah bukan Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi tetapi Mengapa peristiwa itu terjadi serta Apa hikmah/pelajaran yang dapat kita petik di balik peristiwa itu.
Secara historis peristia Isra’dan Mi’raj itu dilakukan oleh Rasulullah pada malam 27 Rajab tahun kesebelas kenabian/621 M ketika beliau sedang berada di rumah anak pamannya. Pada malam itu beliau diperjalankan oleh Allah dari masjidil haram di Makkah ke masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina dengan terlebih dahulu disucikan hatinyaoleh malaikat Jibril dengan air zamzam As. Kemudian beliau dinaikkan oleh Allah ke tujuh lapis langit hingga Sidratil Muntaha yang tak mungkin dapat dijangkau oleh makhluk apa pun. Kemudian kembali lagi ke Makah dengan membawa printah shalat.
Peristiwa itu terjadi pada saat Rasulullah sedang dilanda kesedihan mendalam setelah ditinggal pergi oleh dua orang pendukung utamanya yaitu Pamannya Abu Thalib dan Istrinya Siti Khadijah. Karena itu tahun itu dinamakan AMUL HAZNI atau tahun kesedihan. Hal itu mengakibatkan tekanan kaum kafir Quraisy terhadap rasulullah semakin meningkat. Dalam keadaan itulah Allah mengisra’kan dan memi’rajkan beliau untuk memberikan motivasi dan spirit kepad beliau yang hampir saja mengalami keputusasaan. Solusi yang diberikan oleh Allah adalah dengan memerintahkan shalat lima waktu sehari semalam sebagai bentuk peribadatan tertinggi yang harus ditegakkan oleh seorang muslim dan sebagai sarana untuk meminta pertolongan Allah SWT. QS : Allbaqoroh : 45.
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu”
Oleh karena itu jika kita ingin mendapatkan pertolongan dari Allah SWT maka kita harus menegakkan shalat lima waktu sehari semalam dengan sempurna dan hanya semata-mata karena allah SWT.
Diantara hikmah/pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah jika kita ingin berbahagia di dunia dan di akhirat kita harus melakukan hubungan secara horizontal kepada sesama manusia dan hubungan secara vertikal kepada Allah SWT. QS :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar