Selasa, 26 Juli 2011

RISALAH AQIQAH

RISALAH AQIQAH
Menghidupkan Sunnah Nabi saw. dengan ‘Aqiqah
“Barang siapa yang menghidupkan sunnahku disaat terjadi kerusakan pada ummatku
maka baginya pahala seseorang yang mati syahid.” (Rasulullah saw.)
Hadits ini menyadarkan kita akan pentingnya kembali pada kehidupan Islami dan
menghidupkan sunnah Nabi saw. terutama di saat ummat mulai cenderung dan terpedaya
dengan segala gaya hidup yang tidak berasal dari nilai-nilai Islam. Hal tersebut
mengakibatkan ummat Islam tidak lagi memiliki jati diri, dan kecintaannya kepada Nabi
saw. sebagai suri teladan larut sedikit demi sedikit, berganti mengikuti gerak dan gaya
masyarakat yang jahiliyah, termasuk dalam menyambut kehadiran anak yang sebenarnya
merupakan amanah Allah SWT.
Tulisan ini sekedar mengingatkan kita akan sebuah sunnah yang dahulu akrab dengan
kehidupan kaum muslimin sebagai ummat yang dirahmati dan diberkahi Allah SWT.
Beberapa Hal yang Harus Dilakukan oleh Orang tua Setelah Kelahiran Anaknya
1. Menyuarakan adzan di telinga kanan dan qomat di telinga kiri bayi.
Hal ini berdasarkan atas sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-
Tirmidzi, dari Abu Rafi’:
Aku melihat Rasulullah saw. Menyuarakan adzan pada telinga Al-Hasan bin ‘Ali
ketika Fatimah melahirkannya.
2. Melakukan tahniq, yaitu menggosok langit-langit (mulut bagian atas) dengan kurma
yang sudah dilembutkan. Caranya ialah dengan menaruh sebagian kurma yang telah
dikunyah pada jari, dan memasukkan jari itu ke dalam mulut bayi, kemudian
menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang lembut hingga
merata di sekeliling langit-langit bayi.
Jika kurma sulit di dapat, tahniq ini dapat ddilakukan dengan bahan yang manis
lainnya, seperti madu atau saripati gula, sebagai pelaksanaan sunnah Nabi saw.
Di dalam Shahihain, terdapat hadits dari Abu Burdah, dari Abu Musa r.a., ia berkata:
Aku telah dikaruniai seorang anak, kemudian aku membawanya kepada Nabi saw.
lalu beliau menamakannya Ibrahim, menggosok-gosok langit-langit mulutnya dengan
sebuah kurma dan mendo’akannya dengan keberkahan. Setelah itu beliau
menyerahkannya kepadaku.
Hikmah dari tahniq ini ialah untuk menguatkan syaraf-syaraf mulut dan gerakan lisan
beserta tenggorokan dan dua tulang rahang bawah dengan jilatan, sehingga anak siap
untuk menghisap air susu ibunya dengan kuat dan alami.
Lebih utama kalau tahniq ini dilakukan oleh ulama / orang yang shalih sebagai
penghormatan dan pengharapan agar si bayi menjadi orang yang shalih pula.
3. Mencukur rambut kepala bayi, Memberi nama, dan Aqiqah.
Makna ‘Aqiqah
Secara bahasa ‘aqiqah berarti memutus. Sedangkan secara istilah Syara’ aqiqah berarti
menyembelih kambing untuk anak pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya.
Pentingnya Aqiqah
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya anak itu diaqiqahi. Maka tumpahkanlah darah baginya dan jauhkanlah
penyakit daripadanya (dengan mencukurnya).” (Hadits shahih riwayat Bukhari, dari
Salman Bin Amar Adh-Dhabi).
Rasulullah saw. bersabda : “Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Ia
disembelihkan (binatang) pada hari ke tujuh dari hari kelahirannya, diberi nama pada
hari itu dan dicukur kepalanya”. (Ashhabus-Sunan).
‘Aqiqah adalah tanda syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat anak yang diberikan-
Nya. Juga sebagai washilah (sarana) memohon kepada Allah SWT. agar menjaga dan
memelihara sang bayi. Dari hadits di atas pula ulama menjelaskan bahwa hukum aqiqah
adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi para wali bayi yang
mampu, bahkan tetap dianjurkan, sekalipun wali bayi dalam kondisi sulit.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Aqiqah
1. Kambing yang akan di sembelih mencapai umur minimal satu tahun dan sehat tanpa
cacat sebagaimana persyaratan untuk hewan qurban.
2. Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, dianjurkan untuk menyembelih dua ekor kambing
yang sepadan (sama besarnya), sedangkan bayi perempuan disembelihkan satu ekor
kambing. Hal ini berdasar atas hadits dari Ummu Karaz al-Ka’biyah, Rasul saw.
bersabda: “Bagi anak laki-laki (disembelihkan) dua ekor kambing dan bagi anak
perempuan (disembelihkan) satu ekor. Dan tidak membahayakan kamu sekalian
apakah (sembelihan itu) jantan atau betina” (H. R. Ahmad dan Tirmidzi)
Hal di atas berlaku untuk orang yang dikaruniai rizqi yang cukup oleh Allah SWT.
Sedangkan orang yang kemampuannya terbatas, diperbolehkan untuk meng’aqiqahi
anak laki-laki maupun anak perempuan dengan satu ekor kambing. Hal ini berdasar
atas hadits dari Ibnu ‘Abbas r.a.: “Bahwa Rasulullah saw. telah meng’aqiqahi Al-
Hasan dan Al-Husain dengan satu ekor biri-biri.” (H.R. Abu Dawud), dan juga
riwayat dari Imam Malik: “Abdullah bin Umar r.a. telah meng’aqiqahi anak-anaknya
baik laki-laki maupun perempuan, satu kambing-satu kambing.”
3. Dianjurkan agar ‘aqiqah itu disembelih atas nama anak yang dilahirkan. Hal ini
berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir dari ‘Aisyah r.a.:
Nabi saw. bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak yang dilahirkan), dan
ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, bagi-Mu-lah dan kepada-Mulah
ku persembahkan ‘aqiqah si Fulan ini.”
Akan tetapi, jika orang yang menyembelih itu telah berniat, meskipun tidak
menyebutkan nama anak itu, maka tujuannya sudah tercapai.
4. Adapun daging aqiqah tersebut selain dimakan oleh keluarga sendiri, juga
disedekahkan dan dihadiahkan.
5. Disukai untuk memberi nama anak pada hari ketujuh dengan memilihkannya namanama
yang baik, lalu mencukur rambutnya, kemudian bersedekah senilai harga
emas atau perak yang setimbang dengan berat rambutnya. Dari Ali r.a. berkata:
Rasulullah saw. memerintahkan Fatimah dan bersabda : “Timbanglah rambut Husain
dan bersedekahlah dengan perak sesuai dengan berat timbangan (rambut)nya dan
berikanlah kaki kambing kepada kabilah (suku bangsa)”.
Demikianlah tulisan ringkas yang dapat kami sampaikan, semoga anak-anak kita yang
lahir kemudian di’aqiqahi mendapat rahmat, inayah, serta dilindungi Allah SWT. dari
godaan syaitan yang terkutuk dan dimudahkan jalannya dalam menempuh Shiraathal
Mustaqim. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar