Rabu, 27 Juli 2011

MAKNA HIJRAH

MAKNA HIJRAH

Saat ini kita berada di hari pertama bulan Muharram yang berarti kita tengah memasuki tahun baru Islam 1431 H. Setiap kita memaasuki tahun baru Islam kita kembali diingatkan kepada suatu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Islam yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW beserta kaum muslimin lima belas abad yang lalu. Peristiwa itulah yang dijadikan awal perhitungan tahun Islam (عام هجري) atau kalender Miladiyah (ملادي تقويم ).
Peristiwa ini merupakan puncak kegetiran dan kesengsaraan yang dialami oleh Rasulullah SAW beserta kaum mulimin dalam membela dan mempertahankan Islam. Karena pada masa itu keadaan kaum muslimin benar-benar merasa sangat menderita dan terancam hidupnya yang kian hari selalu dimusuhi oleh kaum kafirin dan kaum musyrikin di Makkah. Kebencian mereka semakin meningkat setelah mereka mengetahui jumlah kaum muslimin semakin bertambah. Mereka tidak segan-segan melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimin bahkan tidak sedikit kaum muslimin yang dibunuh secara keji (diseret di tengan terik matahari di padang pasir, disiksa dengan besi panas, ditombak perutnya dsb.). Keadaan inilah yang menyebabkan kaum muslimin merasa sangat ketakutan dan mereka selalu berusaha untuk menyelamatkan diri dengan berbagai cara sehingga Rasulullah merasa sangat sedih dan beliau memerintahkan kaum muslimin untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman yaitu Madinah (Yatsrib pada waktu itu). Tentu saja ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan dan sangat mengerikan karena disamping jarak yang mereka tempuh sangat jauh (+ 500 km) dan tanpa kendaraan juga sangat berbahaya jika diketahui oleh kaum kafirin dan kaum musyrikin. Tetapi demi mempertahankan keyakinan terhadap Islam, meraka rela melakukannya meskipun mereka harus meninggalkan kampung halamannya, sanak keluarganya, rumah dan tanahnya serta seluruh harta benda yang dimilikinya. Selama berhari-hari mereka menempuh perjalanan yang sangat melelahkan dengan berjalan kaki atau dengan seekor unta dalam keadaan yang penuh ancaman. Dalam perjalanan ini tidak sedikit kaum muslimin yang meninggal dunia baik karena terbunuh atau karena kehabisan makanan dan sakit. Siang dan malam meraka melewati gunung-gunung, bebatuan yang terjal, padang pasir yang luas di bawah teriknya matahari atau di bawah derasnya angin malam.
Bagaimana dengan Rasulullah ? Beliau adalah orang yang terakhir melakukan hijrah. Ini membuktikan bahwa beliau adalah seorang pemimpin sejati yang tidak mementingkan diri sendiri. Beliau lebih mementingkan keselamatan kaum muslimin daripada keselamtan dirinya sendiri. Beliau baru akan melakukan hijrah setelah kaum muslimin yang lain telah berhijrah. Beliau rela mempertaruhkan nyawanya demi keselamatan kaum muslimin. Keadaan ini diketahui oleh kaum kafirin dan kaum musyrikin Makkah sehingga mereka bersepakat untuk membunuh Rasulullah SAW. Meraka beranggapan dengan membunuh Rasulullah maka habislah Riwayat Islam. Sebelum melaksanakan aksinya terlebih dahulu mereka melakukan pertemuan tertutup di suatu tempat yang bernama ’Darunnadwah’ untuk menyusun rencana jahat mereka. Dalam pertemuan itu mereka menentukan para ekskutor yang terdiri dari perwakilan setiap suku yang ada di Makkah. Dan pada suatu malam yang telah mereka tentukan mereka melakukan pengepungan terhadap rumah Rasululla dengan persenjataan yang lengkap. Rasulullah pada waktu itu sedang bersama kemenakannya yaitu Sayidina Ali RA. Setelah beliau tahu akan hal ini beliau pun memerintahkan Ali untuk memakai sorbannya sebagai selimutnya sehingga para pendekar itu tidak menyangka kalau Rasulullah telah keluar pada malam itu. Dengan izin Allah beliau pun keluar melalui pintu belakang dan menuju rumah Abu Bakar Siddiq untuk segera berangkat hijrah pada malam itu dengan terlebih dahulu bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari tiga malam. Tentu saja hal ini membuat panik para algojo yang ditugaskan untuk membunuh Rasulullah. Lalu mereka mencari ke sana ke mari tetapi tidak juga mendapatkannya meskipun mereka sempat berada di muka gua itu. Betapa takutnya Abu Bakar ketika melihat beberapa orang kafir berada di depan gua itu sehingga Rasulullah berkata :

”Wahai Abu bakar, kita memang berdua. Tetapi Allah adalah yang ketiga”

Ucapan ini pun diabadikan dalam Alqur’an Surat Attaubah : 40 :


”...janganlah kau takut dan janganlah kau bersedih sesungguhnya Allah bersama kita. Lalu Allah memberian ketenangan kepada mereka dan menambah kekuatannya dengan mengutus bala tentara yang tidak diketahui oleh mereka”
Begitulah penderitaan yang dialami oleh Rasulullah SAW beserta kaum muslimin pada masa itu dalam membela dan mempertahankan Islam.
Hal itu merpakan konsekwensi dari setiap orang beriman :

QS Alankabut ayat 2 dan 3 :


”Janganlah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan ’kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka agar Allah mengetahui siapa sesungguhnya orang-orang yang benar dan siapa sesungguhnya orang-orang yang berdusta”

Bagaimana dengan kita saat ini? Apa yang telah kita perbuat untuk membela agama Islam? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Marilah kita melakukan hijrah bukan dalam arti pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tetapi kita berhijrah yaitu dengan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah SWT sesuai dengan sabda nabi :


”Orang-orang yang berhijrah itu ialah orang-orang yang mau meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah”

Marilah kita menjadikan momen Hijriyah ini untuk melakukan introspeksi berapa banyak amal yang telah kita lakukan dan berapa banyak kesalahan yang pernah kita lakukan. Marilah kita selalu mengaudit amal kita sepanjang hayat kita sebelum diaudit oleh Allah SWT.

”Hitunglah dirimu sebelum dihitung oleh Allah dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang oleh Allah SWT”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar